Alarm HP ku berbunyi, kulihat jam yang tertera di layar HP ku : pukul 04.10, ah kenapa juga aku menyetel alarm terlalu pagi, biasanya juga bangun setengah 6 pagi.
Oh iya, Aku dirumah calon mertua! aku mengucek ngucek mata, mengumpulkan nyawa, merapikan baju tidur dan mengenakan jilbab instan ku.
"Aturan pertama di rumah calon mertua adalah bangun sepagi mungkin" Gumamku pada diri sendiri, walau mata rasanya masih susah terbuka. Aku membuka pintu kamar, berjalan menuju kamar mandi, mas Rido dan a Dzikro masih terlelap tidur.
Aku menggunakan sendal jepit, karena ruangan belakang belum diberi lantai keramik. Kamar mandi bersebelahan dengan dapur, aku tengok tungku api sudah menyala, tampak nya ibu sedang membuat nasi.
Dirumah ini masih serba tradisional, tidak ada sanyo, ricecooker, kulkas, mesin cuci, bahkan kompor gas pun tak ada.
Ibu pastilah sosok yang kuat dan sabar karena mampu melakukan semua pekerjaan rumah dengan cara manual tanpa bantuan alat canggih.
Aku mendekati ibu yang sedang memotong motong sayuran di dapur
"Bu... udah mau masak? "
"Eh udah bangun des, iya ini ibu masak pagi soalnya harus berangkat ke sekolah pagi pagi barengan sama bapak" Jawabnya masih dengan logat jawa yang medok
"Oh iyaa bu, aku ke kamar mandi dulu yaa buu"
"Iya, gak perlu nimba air des, udah di isi penuh embernya" Katanya sambil melemparkan senyum
"Oh iya makasih bu" Aku masuk kamar mandi sambil tertawa kecil, padahal pagi ini aku mau mencoba peruntungan menimba air sendiri, tapi ternyata sudah di isi penuh semua embernya, syukurlah.
Setelah sholat subuh, aku kembali menuju dapur, mencari pekerjaan yang bisa kulakukan disana karena aturan nomor 2 di rumah calon mertua adalah : Terlihat Rajin dan terampil melakukan pekerjaan rumah.
Ibu terlihat sedang menggoreng tempe, sementara oseng sayuran sudah siap di meja. Bapak sudah pulang dari mesjid dan meneruskan tadarus Al-Quran di ruangan mushola kecil dekat dapur.
Aku melihat piring piring kotor menumpuk di WC luar, "oh apa aku bantu cuci piring aja ya?" Kataku dalam hati, tapi disini tak ada wastafel mencuci piring sambil jongkok pasti bukan hal menyenangkan. Tapi ini di rumah calon mertua, harus kulakukan ini demi terlihat rajin.
"Bu, ada sunlight nya gak? Aku mau bantu cuci piring" Tanyaku
"Gak usah, duduk aja, cuci piring biar nisa aja" Jawab ibu
"Ya udah bu aku masuk lagi ya bu" Tanpa perlawanan akupun segera balik kanan, YES aku terlepas dari kegiatan mencuci piring ini.
Mas Rido dan A Dzikro terlihat sudah bangun dan bergiliran ke kamar mandi.
Aku mengecek HP sambil online sebentar, memposting foto perjalanan mudik ku di Facebook.
"Eh aku gak boleh terlihat malas malasan di rumah ini, bisa bisanya aku main HP bukannya beres beres" Aku mengingatkan diriku sendiri, lalu mencari sapu ke sekeliling ruangan, berniat melakukan pekerjaan enteng itu dan Yah itu dia sapu nya ada di balik pintu. Segera kuraih sapu itu dan mulai menyapu ruangan dari kamar tempat ku tidur.
Bapak masuk ruang tengah, sudah memakai seragam rapih ketika aku menyapu. Aku memang sengaja menyapu dengan pelan pelan selain agar lebih bersih juga agar terlihat oleh calon mertua.
"Bapak mau berangkat dulu ke sekolah, harus beres beres sih. Ibu juga mau buka kantin" Katanya sambil melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 6 pagi.
"Nanti makan ya, ada di meja sudah ibu siapkan" Lanjutnya
"Iya pak, hati hati di jalan pak" Aku tersenyum manis sambil memegang gagang sapu, lalu segera membereskan urusan menyapu ku secepat mungkin.
***
"Mau kemana kita mas? "
"Kolam pemandian air panas cinta, enak banget mandi disana biar badan kita gak pegel pegel kan udah perjalanan jauh kemarin"
"Oh boleh juga tuh mas, ya udah aku siap siap dulu" Aku segera ke kamar mengganti baju dengan kaos dan training lalu membawa baju ganti.
Kita bertiga berangkat menggunakan 2 motor, jarak pemandian air panas ini tidak terlalu jauh dari rumah, bisa dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit.
Kolam air panas ini cenderung sepi, hanya aku Mas Rido, a Dzikro dan ada 3 orang dewasa lain nya yang sedang berendam di kolam.
Air nya panas, bukan lagi hangat. Nyaliku ciut untuk berendam seluruh badan di kolam ini, karena baru kaki saja yang masuk rasanya sudah melepuh.
"Cinta, cepet masuk, gak akan panas kok cuma awal awal aja panasnya" Mas Rido melambaikan tangan, a dzikro terlihat sudah menikmati sensasi berendam di air panas.
Akupun akhirnya memberanikan diri masuk, benar saja ternyata lama lama air kolam ini terasa hangat, tidak terlalu panas.
Kami hanya berendam sekitar 20 menit, lalu bergegas berganti baju di kamar ganti.
Mas Rido memesan mendoan dan teh manis. Uniknya teh ini di sajikan dengan teko dan gelas dari tanah liat, gula nya pun bukan gula halus melainkan gula batu yang bisa kita atur sendiri seberapa banyak yang kita mau di gelas.
Aku mengambil satu mendoan, lalu mencocolnya dengan sambal kecap "Enaaaakkk!!! Ini lebih enakkk rasanya mas ya ampun berapaan sih ini?"
"Lima ratusan aja satunya cinta, ini mas cuma beli 10ribu segini banyak" Mas Rido menyuapkan mendoan ke dua nya
"Murah bangeett mana enak, teh nya juga enaak" Komentar ku,
Aku sudah tak lagi menghitung berapa mendoan yang sudah kuhabiskan, mungkin 6 atau 8 biji.
"Laper atau enak? " Ledeknya
"Jujur aku laper banget sih mas, gak nyangka ternyata tinggal di rumah calon mertua lumayan menguras tenaga ku"
"Menguras tenaga gimana?"
"Aku harus berusaha terlihat rajin ini rajin itu, capek, menyedot energi ku mas" Aku meneguk teh manis ku
Mas Rido dan a Dzikro tertawa lalu menyodorkan piring mendoan itu sepenuhnya kepadaku
"Habisin mendoannya, pura pura itu butuh tenaga" Kata Mas rido sambil tertawa lepas
*Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar