Pages

Selasa, 22 Mei 2012

Surat Botol !


SURAT BOTOL
(Cerpen by : Desy Ratnaa)


Hari ke empat belas di bulan Februari,
Kau membuatku mencintai tanpa terkecuali
Kemudian kau pergi..meninggalkan sunyi
Jauh hari aku sudah menyadari, aku telah sendiri
tapi aku tak bisa berhenti untuk terus merasa memiliki
bisakah kau mengerti?

Aku menggulung surat ke-14 ku, memasukan nya ke dalam botol kaca kecil ,menutup nya rapat dan mengikatnya dengan pita merah muda. Aku mundur selangkah, mengumpulkan kekuatan agar bisa melempar surat botol ku jauh ke tengah danau. Seiring gemericik air yang menyambut jatuhnya botol kaca ku, air mata ku turun, satu.. dua..tiga tetes sampai akhirnya sudah tak bisa ku hitung.
“Oh...beberapa hari ini pekerjaan ku semakin berat saja, sampah-sampah disini tampaknya semakin banyak”   Aku kaget dan berusaha mencari asal suara yang rasanya sedikit menyindir ku. Ternyata nenek tua yang sedang membersihkan sampah di tepian danau.
“Danau ini akan terlihat lebih indah seandainya tak ada sampah”  sindirnya lagi. Aku sedikit merasa kesal, akhirnya aku putuskan untuk berjalan menghampirinya.
“14 hari ini aku membuang botol-botol kecil di danau ini, maafkan aku jika aku menambah pekerjaan mu” 
“Sudah ku kira kau orang nya”  ucapnya tegas
“Aku minta maaf nek” Aku memang sedikit kesal, tapi aku juga menyadari aku salah.
“Ini sudah mau magrib, kau belum pulang? “
“Aku sedang ingin lebih lama tinggal disini nek” jawabku singkat
“itu rumah ku , kau bisa melanjutkan lamunan mu disana kalau kau mau” Nenek tua itu menunjuk ke sebuah pondok kecil di tengah danau.  Ada baiknya juga pikirku, hari sudah mulai gelap dan sudah tak ada siapa-siapa lagi di danau ini, aku juga malas pulang ke rumah. Kami naik perahu kecil , dan nenek sendiri yang mendayung nya.
Pondok itu memang kecil, tak ada listrik hanya ada lampu tempel sebagai penerangan nya. Namun rasanya hangat dan nyaman. Aku duduk di bangku kecil , kembali menghadap danau yang luas.
“Tidak mau masuk?” Tanya Nenek tua sambil membuka pintu
“Aku disini saja nek, aku ingin melihat danau lebih lama hari ini”
Nenek tua itu masuk dan beberapa saat kemudian dia sudah kembali membawa dua gelas air teh hangat, dan menemaniku duduk sambil menikmati angin senja hari.
“Siapa namamu?”  Tanya nya
“Dessy, nama nenek siapa?”
“Terserah kau mau panggil aku apa”
Nenek ini memang aneh pikirku, jadi aku putuskan aku memanggilnya ‘nenek’ saja.
                “Siapa nama Pacarmu itu?”  Aku benar-benar kaget dengan pertanyaan kali ini,
“Dari mana nenek tau aku punya pacar?”
“Tunggu sebentar” Nenek kemudian masuk dan beberapa saat kemudian kembali membawa  keresek kecil dan memberikan nya padaku, aku benar-benar bingung.
“Apa ini nek?”
“Coba kau buka sendiri, kau nanti tau jawaban nya” Cepat-cepat aku membuka tali keresek hitam itu dan ah ternyata.....
“Sepertinya surat-surat mu tidak sampai ya nak?” Aku hanya menunduk lesu, mataku mulai panas, melihat botol-botol kaca ku dengan surat-surat yang ku tulis selama beberapa hari ini ternyata berujung di satu tempat : Keresek hitam nenek.
“Aku sudah tau, surat ku tak akan pernah sampai. Tapi aku terus membuat surat-surat untuk nya sejak tanggal 1 Februari. Selama 14 hari di awal Februari kami akan saling mengirimkan puisi atau surat untuk mengenang masa-masa awal pacaran kami. Tahun lalu aku juga masih sempat membuat puisi untuk nya dan dia mengirimkan surat cinta yang di ikatkan pada setangkai mawar merah  dan kami juga sempat merayakan tanggal 14 Februari sebagai hari jadi kami yang ke 3 tahun. Tapi sekarang, hanya aku yang mengiriminya surat, dia sudah tidak lagi
“Sepertinya dia sudah tidak hobi menulis surat lagi untuk mu ya?” Ujar nenek, aku tersenyum kecil, aku tau dia hanya berusaha menghiburku
“Hari itu hujan deras dan aku minta di jemput di kampus ku” lanjut ku “Aku tidak tau apa yang terjadi, yang aku tau hanyalah dia berlumuran darah,  kaki nya hancur, seluruh badan nya di penuhi luka memar, dia tak bisa apa-apa bahkan untuk bernafas pun dia tak sanggup, dia  hanya sanggup berbaring kaku...Dia bahkan tak bisa mendengar permintaan maaf ku, aku benar-benar menyesal menyuruhnya keluar menjemputku di tengah hujan deras, aku penyebab kecelakaan nya” Hati ku rasanya sakit dan sesak
“Itu sudah kehendak tuhan nak”
“Dia adalah cita-cita dan mimpi terbesar ku dalam hidup, dia satu-satunya keinginan ku. Ketika dia pergi, aku merasa sudah tak punya lagi mimpi, tak punya apapun untuk ku raih-Aku merasa tidak hidup lagi” aku memuntahkan seluruh perasaan yang ku pendam selama ini. Nenek beringsut mendekati ku, menepuk bahu ku lembut.
“Nak, ada saat nya untuk bertahan dan ada saat nya untuk melepaskan, ku rasa kau sudah cukup dewasa untuk bisa memutuskan, apakah kau ingin selama nya terjebak dalam keadaan ini atau kau berusaha melepaskannya perlahan-lahan . Kau masih punya kehidupan, dan dia juga telah punya kehidupan disana”
“Aku tidak bisa.....” ucap ku lirih
“Kau hanya belum bisa, dia sudah tenang di suatu tempat yang jauh dari jangkauan kita, jangan kau ganggu dia lagi dengan surat-surat botol mu itu”    Aku hanya tersenyum pahit mendengar candaan nenek
“Bodoh sekali kalau kau hanya punya satu mimpi di dunia ini, Ketika satu mimpi mu hilang dan tidak tercapai, lepaskan lah mimpi mu itu, terbangkan ke langit. Kau lihat awan-awan putih itu akan menangkap mimpi mu” Dia menunjuk gumpalan awan-awan putih di atas langit merah senja hari. “Kemudian kejarlah mimpi mu yang lain, bermimpilah sebanyak yang kau mau. Kau masih punya banyak waktu untuk bermimpi dan menjadikan mimpi-mimpi mu lebih nyata, dengan begitu kau akan merasa lebih hidup”
Perlahan tapi pasti, ucapan Nenek mulai menjalar ke seluruh otak  ku dan menyebar sampai ke ulu hati ku , aku memejamkan mata, merasakan angin yang berhembus perlahan, mendengar sayup-sayup suara burung, gemericik air danau...yah  benar ternyata aku masih hidup.
“Nek....trimakasih” bisik ku

***
“Rido....Aku sekarang sedang berdiri di tempat favorit kita, danau. Aku tak tau kau bisa mendengar ku atau tidak, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih untuk 3 tahun yang sangat berharga, untuk setiap cinta yang telah kau berikan. Maaf...Maaf atas ketidakmampuan ku menjaga mu dan membahagiakan mu. Hari ini sudah saat nya untuk melepaskan mu, agar kau lebih tenang disana dan aku bisa menjalani sisa hidup ku dengan benar-benar merasa hidup...Aku menitipkan mu pada Tuhan, dan ku titipkan semua mimpi-mimpiku tentang mu-tentang kita pada awan-awan putih disana, aku mencintai mu...” Tidak ada lagi tetes air mata, aku benar-benar sudah ikhlas.
“Oh.....sampah-sampah disini rasanya sedikit berkurang akhir-akhir ini” Aku menoleh pada asal suara itu, nenek tua.
“Nek....” Aku tersenyum
“Ku kira kau akan datang untuk mengotori danau ini lagi” sindir nya
Aku tertawa kecil, “Aku hari ini datang untuk menerbangkan mimpi, aku sudah pensiun membuat surat botol, aku kapok karena hanya berujung di kantong plastik”
“Syukurlah kalau kau sadar, mau mampir lagi ke rumah ku?”
“Dengan senang hati nek” Aku berjalan mengikuti Nenek, rasanya langkah ku benar-benar ringan, dan senja hari terasa seribu kali lebih menakjubkan dari biasanya. Dalam hati aku bersyukur karena aku masih hidup ***


Tasikmalaya, 13 Februari 2012 pukul 11.24

Aku masih belum melangkah


Untuk : Sahabat dan Bos ku tercinta, Centaurus


Rus, kita sedang melangkah di jalan yang telah di bangun oleh Tuhan.
Jalan besar,Jalan sempit,jalan setapak, jalan lurus, berbelok, mendaki, menurun,   jalan yang lengang ,atau penuh semak belukar dan kerikil-kerikil kecil yang tajam
Ada kalanya kita harus berlari, Atau berjalan hati-hati
Atau kau pernah berfikir untuk berhenti?

Rus, Tuhan telah membangun jalan hidup kita masing-masing
Tapi kita di beri kebebasan untuk memilih,
memilih jalan mana yang kita mau, dan dengan cara yang sekiranya kita mampu

Rus, Aku sedang berjalan di jalan Tuhan
Aku berada di ujung jalan lurus dan besar
Jalan di hadapan ku kini semak belukar
Aku masih belum melangkah Rus,
Aku takut sendirian, aku butuh teman

Rabu, 09 Mei 2012

Judul 1



 1. Ritual di Danau







“Air adalah perespon yang baik, dan membuat perasaan menjadi lebih baik”

“Ini tempat favoritmu?” 
“Ya” jawabku singkat dan  Anggara terdiam sambil mengedarkan  pandangan nya ke seluruh penjuru danau, seakan sedang berusaha menemukan titik spesial dari tempat yang kami datangi.
“Aku kira kamu suka mall, cafe, atau tempat makan romantis untuk first date kita” raut muka nya terlihat sedikit kecewa.
“Aku suka air, langit merah di senja hari, angin yang berdesir, suara burung yang merdu- Aku suka tempat ini”  Aku mencoba menjelaskan  “Danau ini udah banyak menampung cerita hidupku, aku akan menulis di selembar kertas tentang kesedihan ku,keluh kesah ku atau tentang mimpi-mimpi ku dan aku akan mengapungkan nya di atas air danau ini, sampai tenggelam-sampai tinta-tinta nya memudar”
“Kenapa harus gitu?” Anggara terlihat bingung
“Nggak tau juga, tapi aku ngerasa kesedihanku ikut luntur bersama tinta-tinta itu, mimpi-mimpiku juga terurai bersama air dan terbang bersama angin”  Aku tersenyum manis ke arahnya
“Kamu benar-benar unik, jadi nggak salah-salah amat kalau aku sampai jatuh cinta sama kamu” Candanya, sambil meraih tangan ku dan menggenggamnya lembut
  Handphoneku bergetar membuyarkan semua kenangan manis yang terus bermain berulang kali dalam otak ku. Dengan sedikit kesal aku membuka hp dan membaca nama yang tertera di layar : Luqy
“Halo”
“Des....dimana Lu? Mama lu telpon-telpon gue dari tadi , belum pulang ke rumah apa?” Luqy adalah sahabatku sejak kecil, orang tua kami juga bersahabat baik sejak di bangku SMA , yah mungkin aku dan luqy bisa di bilang “sahabat turunan”
“Lagi Ritual tauuuuu di danau, elu ganggu gue ajaaaa” teriak ku
“Mama lu juga ganggu , telponin gue terus !” balasnya sewot
“Sorry......” aku cekikikan
“Cepet pulang!”
“Iya iya gue pulang sekarang....tapi jemput gue ya pleaseeee”
“Gue lagi sial apa ya hari ini?”
“please yah, baik deeeeeh. Masa cewek cantik pulang sendiri malem gini ” rayu ku
“arrrrrggghhhh bener-bener sial nih gue” nadanya terdengar kesal.
“hahahhahahahahhhha”
***