Pages

Rabu, 02 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (part 17)


"Cinta, mas udah mulai buka stand di kampus hari ini, tapi belum punya yang kerja jadi sementara mas dulu yang jaga, kebetulan hari ini mas masuk siang" Dia menelpon pagi pagi saat aku sedang di perjalanan menuju kampus
"Oke mas, nanti aku mampir ya kebetulan aku berangkat lebih pagi, tadi bikin cimol nya dari sebelum subuh jadi beres lebih cepet" Kata ku membanggakan diri
"Ya udah hati hati di jalan ya cinta"
"Oke mas" Aku menutup telfon lalu kembali sibuk dengan fikiran ku yang terbang kesana kemari melintasi ruang dan waktu. 

Aku tiba 15 menit lebih awal dari jadwal kuliah pagi ini, segera aku belok ke arah mesjid untuk sekedar melihat Mas Rido mempersiapkan stand jualannya. 

Tapi kaki ku berhenti di belokan, melihat mas Rido sedang asyik mengobrol dengan perempuan. Perempuan itu memegang satu cup susu di tangannya, mungkin pelanggan susu murni, fikirku. 
Tapi melihat mereka terlihat akrab dan saling bercanda satu sama lain, membuat aku canggung untuk mendekat. Sebagai cowok, mas Rido memang humble dan sering bercanda bahkan sama teman perempuannya, jujur itu kadang membuat aku kurang nyaman. 

Aku urungkan niat untuk mengunjungi nya di Stand, karena ternyata obrolan mereka cukup panjang. Aku segera lari ke gedung baru, mencari kelas untuk mata kuliah pagi ini, dengan hati yang rasanya sesak dan sakit. 

Selama perkuliahan, fokus ku hilang. Siapa perempuan itu? Kulitnya putih, badannya lebih kurus dari ku, giginya memakai behel, bajunya fashionable, aku melihat baju yang ku kenakan hari ini : Batik couple. Ah sungguh tak sepadan dengan outfit yang dia kenakan, sudah pasti dia lebih Good looking dari aku. 

"Kamu juga cantik, lagian mas rido gak akan segampang itu suka sama seseorang lagi" Aku mencoba menghibur diri walau hati ku terus bergemuruh

Entah aku yang masih kekanak kanakan atau memang sedang cemburu, tapi aku memutuskan untuk pulang cepat setelah beres semua perkuliahan hari ini tanpa menemui mas Rido. 
"Loh cinta udah pulang?" Katanya di telpon
"Iya mas, maaf ya aku gak enak badan hari ini" Aku mencari alasan, belum sanggup aku bertanya siapa wanita cantik yang tadi pagi ngobrol dengan nya, rasa rasanya terlalu berlebihan kalau aku langsung bertanya, toh aku juga baru melihat wanita itu sekali di stand. 
"Oh ya udah gak apa apa, istirahat ya cinta, mas ini masih beres beres stand bekas jualan hari ini"
"Iya mas, maaf ya aku gak bantuin" Terselip rasa bersalah pada diriku
"Gak apa apa, yang penting cinta sehat dulu"
"Ya udah mas, nanti aku kabari lagi ya" Aku segera menutup telfon, dan kemudian me non aktifkan HP ku. 

***
Hari ini aku hanya punya jadwal satu mata kuliah saja itupun agak siang, jadi aku lebih santai mempersiapkan barang dagangan ku, yang penting beres saat adik ku mau berangkat Sekolah. 

"Des, dosennya belum dateng, kita ngumpul di kantin dulu ini lagi pada makan" Ema mengirim pesan
Fikiran ku langsung berkecamuk, alasannya karena kantin mamah tia, bersebelahan dengan stand susu dan jamur crispy milik mas Rido. Meski gak terlalu berdekatan juga. 
Dia sudah mengabariku sebelumnya kalau hari ini dia bisa full jualan karena tidak ada jadwal kuliah. 

Suasana hatiku belum bagus untuk ketemu mas Rido hari ini, tapi teman teman ku di kantin semua. Aku menghela nafas, "ya udalah lagian belum tentu juga cewek itu ada disana lagi" Kataku, dengan langkah mantap aku berjalan ke arah kantin. 

Sial, aku benar benar sedang sial hari ini. Karena ketika mendekat ke area Kantin, aku melihat lagi wanita itu sedang duduk di bagian dalam stand, dengan mas rido persis di sebelahnya sedang membuat adonan jamur. 
Mas Rido mungkin tidak melihat ku karena terhalang wanita itu. 

Se akrab itu? Sampai wanita itu bisa masuk ke dalam stand lalu duduk di atas box Coca cola, melihat mas rido membuat adonan yang jaraknya tak lebih dari 50cm dari tempatnya duduk. 

Aku langsung duduk lemas di bangku kantin, menyapa teman teman ku yang juga sedang sibuk dengan semangkuk mie di depannya, aku menahan air mata ku jatuh sekuat tenaga tapi sia sia, aku berlari ke toilet mesjid, lalu menumpahkan air mata ku disana. 

***
"Kenapa sih? Matanya sembab gitu ih, berantem sama mas rido? " Tanya Ema,
"Ma, curhat boleh gak... " Akhirnya aku tak lagi bisa membendung rasa sakit yang aku rasakan
"Boleh dong ayo cerita, di kosan aku aja yuk biar lebih enak kamu curhatnya"
Ide yang bagus, aku dan Ema lalu jalan kaki ke area pesantren, tempat ngekos Ema ada disana. 

Aku menceritakan semuanya, dari mulai kemarin aku melihat dia ngobrol panjang dengan wanita yang tak ku kenal, dan hari ini aku juga memergokinya begitu dekat dengan wanita itu sampai sampai dia memperbolehkan wanita itu duduk di sebelahnya. 
"Cewek yang tadi pagi di stand? Yang pake behel badan nya kurus?" Ema balik tanya
"Iya, kamu tadi liat juga? " 
"Itu mah aku kenal, anak IAI, kosannya deket sini, dia suka main ke kosan aku tau! aku lumayan kenal sama dia karena sering main kesini, temennya ngekos disini" Lanjutnya
Aku semakin sakit mendengarnya. 
"Menurut kamu aku harus gimana ma? "
"Ya ngobrol lah sama Mas Rido, kamu kan belum ngobrol sama dia dan tiba tiba udah narik kesimpulan aja" Ema memberi nasihat
"Aku gak mau ma, mas rido gimanapun juga salah, dia memperbolehkan wanita lain deket sama dia, bahkan dia gak liat aku tadi pagi"
Aku masih mempertahankan ego ku
"Ya terus kamu maunya gimana? Mas rido mungkin gak sadar kesalahannya apa kalau kamu gak ngomong sama dia"
Aku terdiam, 
Ada benarnya juga, mas rido dari kemarin terlihat tenang dan tidak menunjukan rasa bersalah sedikit pun. 

Aku memutuskan untuk pulang dari kosan Ema setelah perasaanku sedikit membaik. 
Aku duduk di depan Gapura pesantren, menunggu angkot lewat dengan fikiran menerawang entah kemana. 
"Cinta, kok disini mas cari cari cinta, kok HP nya gak di nyalain" Mas Rido dengan motor putihnya tiba tiba berada di depan ku, aku bahkan tidak sadar dengan suara motornya yang tepat berhenti di depan ku
"Mas.... " Mataku tak bisa bohong, langsung memerah dan kembali menangis padahal tadi sudah surut. 
"Cinta... Ayo ikut mas" Dia memberikan isyarat untuk naik ke motor,  aku dengan sesenggukan lantas naik ke atas motornya tanpa paksaan
Hatiku terluka, tapi aku ternyata tak bisa sedikitpun membencinya. 

*bersambung


1 komentar: