Pages

Selasa, 08 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 20)



Seminggu lebih kita bekerja keras menyebar informasi seminar bahasa inggris ini. 
Usaha tidak mengkhianati hasil tentunya, hari ini peserta seminar mencapai 500 peserta dari target awal hanya 200 peserta. 

Aku sudah stand by satu jam sebelum acara, mengecek kembali berkas daftar ulang dan absensi di meja depan bersama beberapa teman mas rido yang dilibatkan dalam acara ini. 

Mas Rido sendiri masih sibuk mengecek sound, bolak balik merapikan kursi dan menyapa peserta yang satu demi satu mulai berdatangan. 
Ruangan sudah penuh sesak, mas Rido dari atas panggung menatapku, memberikan isyarat bahwa acara akan segera dimulai. 
"Good luck" Bisik ku sambil mengacungkan jempol ke atas

Suara tepuk tangan peserta yang antusias dengan opening seminar bahasa inggris ini menggema ke seluruh ruangan. 
Mas Rido dengan gaya nya yang khas sudah mampu menyihir dan memikat para peserta yang hadir bahkan sejak salam pembukaan di ucapkan

Aku berdiri di pojok ruangan, mengaguminya- mengagumi semangat juang nya yang tak pernah padam, energi nya yang tak pernah habis, semangat nya yang tak pernah redup. 
Aku tersenyum sambil berkaca kaca :
"Aku bahagia menjadi bagian dari perjuangan mu mas... "
Dia melirik ke arahku dan melemparkan senyum manis, seakan kontak batin terhubung diantara kita. 

Acara berjalan lancar dan meriah sampai sore hari,  semua peserta pulang dengan wajah sumringah, panitia pun ikut terharu dan bangga. 

***
"Cinta, mas anter pulang ya"
"Oke mas" Aku mengangguk dan tersenyum
"Gimana mas tadi di panggung?" Tanya nya. 
Aku mengacungkan dua jempol "hebat, hebat banget"
"Makasih ya cinta udah mau capek hari ini bantuin mas"
"Aku malah seneng kok, gak cape sama sekali"
"Mas traktir makan ya, cinta bebas pilih mau makan dimana aja" 
"Makan Nasi goreng mang udin aja" Aku tertawa kecil
"Serius cuma mau makan nasi goreng?" Dia terlihat tak percaya
"Serius, kalau mas ada uang lebih, simpen aja buat keperluan mas bayar kuliah atau nabung" Lanjutku
"Uuh so sweet banget, makasih cinta. Let's go kita makan di Nasi goreng mang udin" 

***
"Cintaa... "
"Hhmmmm..." Aku menjawab singkat karena sedang sibuk main game Cafeland di laptop ku, sementara mas Rido terlihat sedang membuat slide presentasi
"Liburan semester nanti mas ada rencana mudik"
"Oh iyaa, berapa lama? " Aku belum berpaling dari layar laptop
"4 hari biasanya"
"Oke mas" Jawabku singkat
"Mmm.....gini cinta, mas mau ajak cinta ketemu sama orang tua mas, kalau cinta bersedia"
"Oh...." Jawab ku santai "Eh APA MASS?" Aku setengah teriak baru sadar dengan apa yang ku dengar, beberapa orang di perpustakaan melirik ku dengan tatapan sinis. 
"Mas mau ajak cinta ke Brebes, buat dikenalin sama orang tua dan keluarga mas" Katanya pelan
"Aku belum siap mas, aku juga ragu mamah sama bapak bisa ngizinin anak gadisnya pergi jauh sama cowok"
"Kita gak pergi berdua, mas mau ajak Dzikro juga" Jelasnya. 
Dzikro ini salah satu murid mas rido di kursusan. Beda jurusan dengan kita, tapi sering bertemu sama mas rido di pesantren dan sering dilibatkan dalam berbagai kegiatannya. 
"Masalah izin orang tua cinta, biar mas langsung yang minta izin sama mamah dan bapak" Katanya meyakinkan ku
 "Gimana cinta?"
"Orang tua mas galak gak?" Aku membayangkan keluarganya yang tidak setuju anaknya menikah dengan orang sunda, lalu tiba tiba mas rido pulang bawa cewek sunda yang manja dan gak bisa pergi ke sawah ini. 
"Bapak Galak, ibu enggak" Dia tertawa kecil
"Aku takut mas, nanti aku malah gak diterima lalu di usir dari sana"
"Ah cinta mah kebanyakan nonton sinetron, udah percaya aja sama mas. Ini jalan satu satu nya biar cinta bisa diterima dikeluarga mas"
"Ya udah, nanti mas coba izin sama orang tua aku, kalau mereka izinin, aku setuju ikut"
"Nah gitu doooongg kan mas makin semangat, mas sih yakin keluarga mas bisa nerima cinta" 
"Kok bisa yakin?"
"Cinta mah cewek sunda yang di kecualikan" Dia tertawa lagi
"Pasti karena aku cantik ya?"
"Ahaahahaha iya, sekampung mas kayaknya cinta paling cantik" Dia mencubit hidung ku
"Ih gombal" Aku tersenyum malu, perpustakaan ini terasa milik kita berdua. 

Bersambung... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar