Pages

Minggu, 20 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 23)


Tak terasa 5 hari sudah perjalanan mudik ku disini, total 4 hari di Brebes dan 1 hari di purwokerto, tempat dimana Mbak nya Mas Rido tinggal.

Semua keluarga Mas Rido baik, ramah dan menerima aku apa adanya. Mereka tau kalau aku sama seperti cewek sunda kebanyakan : Manja dan nggak begitu rajin mengerjakan pekerjaan rumah.
Semoga cewek sunda ini lolos menjadi salah satu kandidat calon istri mas Rido.

Hari ini kami pamit pulang kembali ke Tasik, dengan dibekali banyak oleh oleh dari bapak dan ibu, kami berangkat menggunakan bis jurusan Purwokerto-Tasikmalaya.

"Gak berasa ya mas liburannya, kayak bentar banget hehehe" Aku melihat ke jendela bis yang sudah bergerak maju memulai perjalanan.
"Gak akan berasa lah, kita kan main terus disana" Jawabnya
Betul, setiap hari kita pasti main ke tempat tempat wisata disana, diantaranya Waduk penjalin, kebun teh Kaligua, lalu ke alun alun purwokerto di hari terakhir.
"Kira kira bapak sama ibu ngasih restu gak ya buat kita mas?" Tanya ku harap harap cemas
"Cinta inget gak yang pas kita dateng ke rumah mbah? "
"Yang di belakang rumah? "
"Iya, itu mas di suruh bapak buat bawa cinta ke Mbah" Jelasnya
"Oh terus buat apa? "
"Ya buat silaturahmi lah, dan Mbah juga bilang kalau Mas suatu hari nikah sama Cinta insyaallah gak akan kenapa napa"
"Jadi? "
"Jadi ya kita di restuin, tinggal gimana caranya cari uang 20juta sesuai syarat dari mamah biar kita bisa segera nikah"
"Hah? Beneran? Aku seneng bangettt mass!! Aku juga mau giat kerja buat bantuin mas ngumpulin uang"
"Makasih yaa cinta, mas juga bakalan lebih semangat lagi kerjanya" Dia tersenyum tulus penuh rasa sayang

***

"Mas, aku dapat tawaran ngajar" Aku menyuapkan bekal makan yang ku masak sendiri hari ini
"Ngajar dimana cinta?"
"Di SMK , mas tau Luqy gak? Temen sekelas aku yang sekarang udah nikah, yang suka bawa mobil sedan item? "
"Ohhh cowok yang pernah deket sama cinta?" Sindirnya
"Hehehe ya begitulah" Aku tersipu malu, sebelum dekat sama mas rido, aku sudah melanglang buana dekat dengan beberapa cowok di kampus yang sesuai kriteria ku walau ujung ujung nya kepentok pesona nya Mas Rido
"Dia punya pesantren mas, nah tahun ini dia bikin sekolah SMK, butuh beberapa tenaga pengajar, aku di tawarin ngajar disana" Jelasku rinci
"Cinta kan kuliah, gak bentrok tah? "
"Enggak, jadwal ngajar akan di sesuaikan dengan jadwal kuliah aku, gak tiap hari juga sih aku ngajar nya, cuma ngisi posisi guru yang masih kosong aja, gimana? "
"Oke, maju aja cinta. Kesempatan bagus buat nambah pengalaman cinta, mas dukung 100%" Dia mengacungkan 2 jempol nya
"Yeaayyy!! Makasih mass!!" Aku bersorak kegirangan

***
Ini hari pertama ku mengajar di SMK. Aku memilih menggunakan Jeans dan kemeja tunik karena setelah mengajar aku langsung tancap ke kampus untuk kuliah.

Murid ku dikelas X ini baru 5 orang, laki laki semua. Mereka semua adalah santri di pesantren itu yang sekarang merangkap jadi murid baru di sekolah yang didirikan pesantren juga.

Aku yang hanya punya pengalaman mengajar anak SD di kursusan, cukup grogi untuk memulai mengajar anak yang lebih besar, apalagi muridku ini laki laki semua dan yaah sebagian ada yang cuek, hanya satu orang saja yang terlihat serius dan sopan.

Aku sudah menyusun materi bahasa Inggris lengkap dengan game dan hadiahnya. Tak ada bedanya anak SD dengan SMK ku fikir  akan sama sama seru kalau materi belajar di padukan dengan game.

Benar saja, cara ini cukup efektif. Yang cuek dan masa bodoh dikelas, sudah mulai tertarik. Anak anak yang banyak melakukan kesalahan penuh dengan coretan bedak di wajahnya, dan yang paling banyak menjawab benar mendapatkan hadiah 1 batang coklat Silverqueen.

Ada kebanggaan tersendiri melihat anak anak begitu excited belajar,  memberikan energi positif buat ku juga agar lebih kreatif lagi kedepannya.

***
"Cinta, main ke kursusan mas yuk kan udah lama cinta gak nengok kursusan"
Ya, sejak lulus level 2 di kursusan bahasa inggrisnya mas rido, otomatis aku jadi alumni dan jarang main kesana.

Mas Rido tinggal di rumah salah satu dosen tempat kami kuliah. Beliau sudah sangat berumur mungkin usianya sudah hampir 70 tahun tapi masih aktif mengajar mata kuliah Tasawuf di kampus, pak H. Ahdi namanya.

Beliau ini dulu nya pernah belajar di kampung inggris Pare kediri, tempat dimana mas rido mengajar bahasa inggris.
Pak H. Ahdi yang sudah berumur namun masih semangat mencari ilmu ini otomatis menjadi murid nya mas rido di kampung inggris sana.

Setelah beres belajar Bahasa Inggris selama berbulan bulan di kediri, pak H Ahdi lalu pulang kembali ke tasikmalaya. Dan Mas rido yang galau karena putus dengan pacarnya yang sempat dia perjuangkan dulu, tapi terbentur restu orang tua sang pacar sampai hubungan mereka harus kandas ditengah jalan, akhirnya memutuskan untuk pergi ke jogja dengan harapan disana bisa sukses buka kursusan bahasa inggris dengan menumpang hidup di kosan salah satu temannya.

Malang, bukan kesuksesan yang dia raih disana, uang nya malah habis tak bersisa sampai makan pun ikut numpang ke temennya.
Di saat itu lah Pak H. Ahdi sang murid tertua nya mas Rido di kampung inggris pare ini menelpon untuk menanyakan kabar.
Beliau mengajak mas Rido untuk tinggal ditasik dan menjalankan kursusan bahasa inggris disana.

Singkat cerita, berbekal uang 150ribu hasil pinjaman ke teman nya di jogja, berangkatlah mas rido ke tasikmalaya, menemui pak H. Ahdi yang sekarang sudah seperti bapak kedua baginya.

Mas Rido diberi tempat untuk tinggal. Satu ruangan di belakang untuk dia tidur, satu ruangan di depan untuk kursusan. Tak hanya itu, pak H. Ahdi pula yang mendaftarkan mas Rido untuk kuliah di Jurusan Ekonomi, menanggung makan nya pula sehari hari.

Mas Rido merasa jasa pak H. Ahdi terlalu besar, dia tak mau lagi banyak merepotkan makanya dia kerja keras juga agar bisa membiayai kuliah nya sendiri dan bisa beli makan sendiri.

"Hay" Dia mengagetkan ku "kok ngelamun? "
"Enggak, gak kenapa napa" Aku berkeliling melihat ruangan kursusan, melihat tempat mas rido tidur, hanya ranjang kayu tanpa kasur. Membayangkan betapa pinggang ku akan sakit kalau tidur diatas papan keras itu.
"Kalau suatu hari kita nikah, kita masih tinggal disini mas? " Tanyaku iseng
"Ya enggaklah,  masa tinggal disini bawa istri cantik. Mas akan siapkan tempat tinggal terbaik buat cinta biar nyaman"
"Emang kita kalau nikah gak akan tinggal dirumah orang tua aku mas? "
"Enggak, kita ngontrak aja yaa walau sepetak asal nyaman buat kita berdua" Balasnya
Aku menghela nafas, tak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan memulai hidup berumah tangga di kontrakan sepetak, bayangan ku dulu setelah menikah aku tinggal dirumah besar berlantai dua, ada garasi dan taman kecilnya.

Ah sudahlah, lagian hidup memang tidak selalu berjalan seperti apa yang kita bayangkan.
"Cinta, mungkin sekarang mas nggak punya apa apa, tapi mas janji akan sekuat tenaga berjuang buat cinta, biar cinta bisa dapat kehidupan yang layak setelah menikah sama mas" Tatapan nya sendu, tapi aku yakin tak ada keraguan di dalam nya.

"Aku tau, aku pilih kamu karena aku tau kamu pekerja keras" Aku membalasnya dengan senyuman, meski hati ku tak karuan.

Andai dulu ku terima pinangan sang bos kredit, mungkin hidup ku sudah lebih baik sekarang. Tak perlu capek  ngajar di sekolah dan kursusan, gak perlu hidup ngirit, mungkin saja aku sudah punya mobil bagus hari ini.

Ah, lupakan.
Ini jalan yang sudah aku pilih sendiri, dan harus aku jalani sebaik baiknya, jangan lagi ada kata penyesalan.

Aku akan bahagia bersamanya, meskipun tak punya harta, tapi dia punya sesuatu yang jarang laki laki lain punya : Ketulusan, semangat, kerja keras.
Ya, aku yakin semua mimpi ku akan terwujud bersama nya walau mungkin prosesnya panjang, aku akan dengan sabar menempuh perjalanan panjang ini bersama nya.

*bersambung










Senin, 14 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 22)



Alarm HP ku berbunyi, kulihat jam yang tertera di layar HP ku : pukul 04.10, ah kenapa juga aku menyetel alarm terlalu pagi, biasanya juga bangun setengah 6 pagi. 

Oh iya, Aku dirumah calon mertua! aku mengucek ngucek mata, mengumpulkan nyawa, merapikan baju tidur dan mengenakan jilbab instan ku. 
"Aturan pertama di rumah calon mertua adalah bangun sepagi mungkin" Gumamku pada diri sendiri, walau mata rasanya masih susah terbuka. Aku membuka pintu kamar, berjalan menuju kamar mandi, mas Rido dan a Dzikro masih terlelap tidur. 

Aku menggunakan sendal jepit, karena ruangan  belakang belum diberi lantai keramik. Kamar mandi bersebelahan dengan dapur, aku tengok tungku api sudah menyala, tampak nya ibu sedang membuat nasi. 

Dirumah ini masih serba tradisional, tidak ada sanyo, ricecooker, kulkas, mesin cuci, bahkan kompor gas pun tak ada. 
Ibu pastilah sosok yang kuat dan sabar karena mampu melakukan semua pekerjaan rumah dengan cara manual tanpa bantuan alat canggih. 
Aku mendekati ibu yang sedang memotong motong sayuran di dapur
"Bu... udah mau masak? "
"Eh udah bangun des, iya ini ibu masak pagi soalnya harus berangkat ke sekolah pagi pagi barengan sama bapak" Jawabnya masih dengan logat jawa yang medok 
"Oh iyaa bu, aku ke kamar mandi dulu yaa buu" 
"Iya, gak perlu nimba air des, udah di isi penuh embernya" Katanya sambil melemparkan senyum
"Oh iya makasih bu" Aku masuk kamar mandi sambil tertawa kecil, padahal pagi ini aku mau mencoba peruntungan menimba air sendiri, tapi ternyata sudah di isi penuh semua embernya, syukurlah. 

Setelah sholat subuh, aku kembali menuju dapur, mencari pekerjaan yang bisa kulakukan disana karena aturan nomor 2 di rumah calon mertua adalah : Terlihat Rajin dan terampil melakukan pekerjaan rumah. 

Ibu terlihat sedang menggoreng tempe, sementara oseng sayuran sudah siap di meja. Bapak sudah pulang dari mesjid dan meneruskan tadarus Al-Quran di ruangan mushola kecil dekat dapur. 
Aku melihat piring piring kotor menumpuk di WC luar, "oh apa aku bantu cuci piring aja ya?" Kataku dalam hati, tapi disini tak ada wastafel mencuci piring sambil jongkok pasti bukan hal menyenangkan. Tapi ini di rumah calon mertua, harus kulakukan ini demi terlihat rajin. 
"Bu, ada sunlight nya gak? Aku mau bantu cuci piring" Tanyaku
"Gak usah, duduk aja, cuci piring biar nisa aja" Jawab ibu
"Ya udah bu aku masuk lagi ya bu" Tanpa perlawanan akupun segera balik kanan, YES aku terlepas dari kegiatan mencuci piring ini. 
Mas Rido dan A Dzikro terlihat sudah bangun dan bergiliran ke kamar mandi. 
Aku mengecek HP sambil online sebentar, memposting foto perjalanan mudik ku di Facebook. 

"Eh aku gak boleh terlihat malas malasan di rumah ini, bisa bisanya aku main HP bukannya beres beres" Aku mengingatkan diriku sendiri, lalu mencari sapu ke sekeliling ruangan, berniat melakukan pekerjaan enteng itu dan Yah itu dia sapu nya ada di balik pintu. Segera kuraih sapu itu dan mulai menyapu ruangan dari kamar tempat ku tidur. 

Bapak masuk ruang tengah, sudah memakai seragam rapih ketika aku menyapu. Aku memang sengaja menyapu dengan pelan pelan selain agar lebih bersih juga agar terlihat oleh calon mertua. 
"Bapak mau berangkat dulu ke sekolah, harus beres beres sih. Ibu juga mau buka kantin" Katanya sambil melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 6 pagi. 
"Nanti makan ya, ada di meja sudah ibu siapkan" Lanjutnya
"Iya pak, hati hati di jalan pak" Aku tersenyum manis sambil memegang gagang sapu, lalu segera membereskan urusan menyapu ku secepat mungkin. 

***
"Mau kemana kita mas? "
"Kolam pemandian air panas cinta, enak banget mandi disana biar badan kita gak pegel pegel kan udah perjalanan jauh kemarin"
"Oh boleh juga tuh mas, ya udah aku siap siap dulu" Aku segera ke kamar mengganti baju dengan kaos dan training lalu membawa baju ganti. 
Kita bertiga berangkat menggunakan 2 motor, jarak pemandian air panas ini tidak terlalu jauh dari rumah, bisa dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit. 

Kolam air panas ini cenderung sepi, hanya aku Mas Rido, a Dzikro dan ada 3 orang dewasa lain nya yang sedang berendam di kolam. 
Air nya panas, bukan lagi hangat. Nyaliku ciut untuk berendam seluruh badan di kolam ini, karena baru kaki saja yang masuk rasanya sudah melepuh. 
"Cinta, cepet masuk, gak akan panas kok cuma awal awal aja panasnya" Mas Rido melambaikan tangan, a dzikro terlihat sudah menikmati sensasi berendam di air panas. 
Akupun akhirnya memberanikan diri masuk, benar saja ternyata  lama lama air kolam ini terasa hangat, tidak terlalu panas. 
Kami hanya berendam sekitar 20 menit, lalu bergegas berganti baju di kamar ganti. 
Mas Rido memesan mendoan dan teh manis. Uniknya teh ini di sajikan dengan teko dan gelas dari tanah liat, gula nya pun bukan gula halus melainkan gula batu yang bisa kita atur sendiri seberapa banyak yang kita mau di gelas. 
Aku mengambil satu mendoan, lalu mencocolnya dengan sambal kecap "Enaaaakkk!!! Ini lebih enakkk rasanya mas ya ampun berapaan sih ini?"
"Lima ratusan aja satunya cinta, ini mas cuma beli 10ribu segini banyak" Mas Rido menyuapkan mendoan ke dua nya
"Murah bangeett mana enak, teh nya juga enaak" Komentar ku, 
Aku sudah tak lagi menghitung berapa mendoan yang sudah kuhabiskan, mungkin 6 atau 8 biji. 
"Laper atau enak? " Ledeknya
"Jujur aku laper banget sih mas, gak nyangka ternyata tinggal di rumah calon mertua lumayan menguras tenaga ku"
"Menguras tenaga gimana?"
"Aku harus berusaha terlihat rajin ini rajin itu, capek, menyedot energi ku mas" Aku meneguk teh manis ku
Mas Rido dan a Dzikro tertawa lalu menyodorkan piring mendoan itu sepenuhnya kepadaku
"Habisin mendoannya, pura pura itu butuh tenaga" Kata Mas rido sambil tertawa lepas

*Bersambung.... 

Rabu, 09 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 21)


Akhirnya atas restu mamah dan bapak, aku pergi ke brebes untuk bertemu calon mertua. 
Pergi ber tiga bersama Mas Rido dan A Dzikro menggunakan bis dari terminal indihiang. 

Aku pakai setelan rok dengan kerudung di julur kebawah, karena sebelumnya sudah di briefing oleh mas Rido untuk gak pake celana jeans ketat dan pakai kerudung yang menutup dada. Jujur sebetulnya style kerudung aku selalu di sampirkan ke belakang. 

Bis nya lumayan nyaman dengan fasilitas AC, minimal tidak akan ada orang yang merokok di dalam bis. Track record ku cukup bagus untuk perjalanan jauh, jarang mual apalagi muntah kecuali jika kondisi ku sedang tidak fit. 

Ternyata perjalanan naik bis ini cukup melelahkan, karena 3x ganti bis. Dan 2 bis selanjutnya tidak ber AC. Bis yang terakhir bahkan banyak orang merokok didalamnya, banyak berhenti lama untuk menunggu penumpang, jujur kepala ku sudah mulai keleyengan. 

"Sebentar lagi cinta" Mas rido menguatkan ku
"Mas, aku gak sanggup kalau nanti kita nikah, tiap mudik harus naik bis kayak gini" Aku memelas sambil menahan mual
"Nanti kita cari cara lain buat mudik yaah kalau udah nikah biar cinta lebih nyaman" Dia menepuk nepuk punggung ku
Aku menyesal, bisa bisa nya dulu aku berdoa ingin mendapatkan calon suami orang jauh biar tiap lebaran bisa merasakan mudik seperti orang lain. Ternyata mudik gak selama nya menyenangkan. 

Setelah menempuh perjalanan hampir 6 jam lamanya, akhirnya kita turun dari bis terakhir ini di pinggir jalan raya dengan jalan kecil di sebelah kanannya. 
"Ayo cinta, kita jalan dulu, rumah mas disana masih harus jalan" Mas rido merapikan tas gendong nya. Ya tuhan, ku kira penderitaan ku sudah berakhir, ternyata masih harus jalan kaki menuju rumah calon mertua. 
Dengan lemah lunglai aku mulai jalan, sambil merapikan jilbab ku yang semerawut. 

Lalu tibalah kami di depan rumah ber cat hijau dengan banyak bahan kayu dan kursi di depan nya, aku baru tau kalau calon bapak mertua ku selain bekerja sebagai penjaga sekolah, beliau juga pengrajin kursi dan sofa. 
Pintu depan rumah terlihat terbuka, sepi. Mungkin mereka sedang berisitirahat. 
"Assalamualaikum bu, dodo pulang bu" Mas Rido masuk, mempersilahkan aku dan a Dzikro untuk ikut masuk dan duduk. 

Lalu keluarlah sosok wanita dari arah dapur, memakai daster khas ibu ibu, dengan beberapa helai uban di rambutnya. 
Mas Rido mencium tangan ibu, di ikuti aku dan a Dzikro. 
"Ini Desy bu, ini Dzikro temen dodo di kuliahan"
"Oh iya, cape ya? Ayo istirahat, makan dulu ibu udah masak" Ibu berbicara dengan logat khas jawa, medok dan cepat cara bicaranya. 
Tak lama keluar juga lelaki berpostur tinggi, badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk, wajahnya 90% mirip dengan mas Rido, sudah bisa ku tebak kalau ini Bapaknya. 
"Baru sampai? Jam berapa berangkat darisana?" Tanya nya sambil mendekati kami, lalu kami bergegas mencium tangan nya. 
"Pagi pak berangkatnya, bis nya banyak berhenti" Mas Rido meletakan tas gendong nya di lantai
"Oh ini desy ya? " Bapak menatap ku, aku tersenyum gugup
"Iya pak" 
"Masih kuliah semester berapa? "
"Semester 4 pak, beda setaun sama mas Rido" Jujur jantungku rasanya mau copot, lututku lemas, berharap mas rido mempersilahkan lagi kami untuk duduk. 
"Ayo duduk, istirahat aja dulu, habis itu makan, udah di siapin itu makanan nya" Lanjut bapak
"Oh iya makasih pak" Aku kembali duduk, menyeruput air teh di depan ku yang sudah di sediakan oleh ibu
***
Badan ku rasanya lengket setelah menempuh perjalanan jauh ini. Aku meminta izin untuk ikut mandi lalu sholat ashar. 
Ibu menunjukan kamar mandi nya, ada sumur di bagian luar kamar mandi lengkap dengan katrol, timbaan dan embernya. Firasat ku gak enak, jangan jangan memang disini belum pake sanyo dan aku harus menimba air untuk mandi. 
Betul saja ternyata, ada ember ember kosong di dalam kamar mandi, satu nya terisi penuh, yang lain masih kosong, karena aku ingin mandi dengan puas, satu ember pastilah tidak cukup. Aku harus menimba air, memenuhi ember lain yang masih kosong. 

Jujur aku lupa kapan terakhir kali aku belajar menimba air, mungkin jaman masih kecil di rumah nenek. Aku menurunkan ember yang langsung meluncur bebas mengakibatkan tali nya keluar dari katrol, nyangkut di sela pinggir kantrol. 

Sial! 
Aku panik langsung memanggil mas Rido
"Kenapa cinta? "
"Itu nyangkut mas, gak bisa di tarik"
Mas rido tertawa, "kalau gak bisa minta tolong mas aja cinta"
Aku malu sekali, ada ibu yang sedang menonton TV. Jangan jangan ini langkah awal kegagalan ku masuk dikeluarga ini, nimba air saja belum lulus. 
"Cinta, tau gak kenapa dada mas bisa sebidang ini? " Katanya sambil menimba air
"Rajin olahraga?" Tebak ku
"Enggak cinta, karena dari kecil mas udah terbiasa ngambil air dari sumur gini buat ibu masak, nyuci, segala macem"
"Oowwwhh..." Aku melihat ember ember di kamar mandi sudah mulai penuh, ah rasanya aku sudah tak sabar ingin mandi dan membersihkan diri. 
"Mas, makasih ya aku mandi dulu, besok aku belajar nimba air sendiri" Kataku sambil nyengir dan menutup pintu kamar mandi

***

Malam hari nya setelah sholat isya, barulah bapak bisa benar benar mengobrol dengan kami. 
Aku, mas Rido, a Dzikro dan bapak mengobrol di ruang depan sambil menikmati mendoan di cocol kecap pedas yang di beli dari tetangga depan, sementara ibu dan adiknya mas Rido terlihat berada di depan TV. 

"Bapak kerja dimana? " Bapak memulai percakapan
"Di koramil pak, sebentar lagi sudah mau pensiun, kalau mamah dirumah aja, kadang sambil jualan buka warung kecil di depan rumah nenek" Aku sudah mulai bisa menjawab dengan tenang
"Oh iyaa, bapak disini cuma penjaga sekolah, ibu jualan di kantin tempat bapak sekolah, tapi alhamdulillah meski penjaga sekolah, bapak statusnya sudah PNS, bentar lagi pensiun juga" 
"Ooohhh iya pak" Aku mengangguk faham
"Jaman dulu, penjaga sekolah bisa jadi PNS, alhamdulillah ada jaminan buat hari tua" Lanjut bapak. 
Aku berfikir ternyata mas rido kehidupan ekonominya bisa dikatakan menengah, tapi kenapa dia banting tulang sendiri membiayai kuliahnya. 
"Dodo dulu minta izin kuliah, cuma bapak nggak izinin. Malah nekat ke tasik daftar kuliah gak bilang bilang, bapak tau nya dodo udah masuk kuliah aja" Bapak seakan menebak isi pertanyaan dalam fikiran ku
"Dia mau bayar uang kuliah sendiri katanya biar banyak pengalaman dan mandiri, ya bapak cuma bantu kasih uang jajan aja sedikit, adik nya dodo kan masih sekolah juga"
"Oohh iya pak" Aku mengangguk lagi
"Ayo dimakan lagi itu makanan nya, bapak tinggal dulu ke belakang" Bapak berdiri lalu pamit keluar dari ruang tamu. 
"Nakal kamu ya kabur ke tasik gak bilang bilang orang tua" Bisik ku
"Kalau mas gak kabur ke tasik, mas gak akan ketemu cinta" Jawabnya
Tawa kami bertiga menutup percakapan malam ini, badan kami pun sudah lelah karena perjalanan panjang. Aku segera masuk kamar untuk tidur, tak lupa minum tolak angin agar kondisi ku besok semakin membaik. 

*bersambung

Selasa, 08 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 20)



Seminggu lebih kita bekerja keras menyebar informasi seminar bahasa inggris ini. 
Usaha tidak mengkhianati hasil tentunya, hari ini peserta seminar mencapai 500 peserta dari target awal hanya 200 peserta. 

Aku sudah stand by satu jam sebelum acara, mengecek kembali berkas daftar ulang dan absensi di meja depan bersama beberapa teman mas rido yang dilibatkan dalam acara ini. 

Mas Rido sendiri masih sibuk mengecek sound, bolak balik merapikan kursi dan menyapa peserta yang satu demi satu mulai berdatangan. 
Ruangan sudah penuh sesak, mas Rido dari atas panggung menatapku, memberikan isyarat bahwa acara akan segera dimulai. 
"Good luck" Bisik ku sambil mengacungkan jempol ke atas

Suara tepuk tangan peserta yang antusias dengan opening seminar bahasa inggris ini menggema ke seluruh ruangan. 
Mas Rido dengan gaya nya yang khas sudah mampu menyihir dan memikat para peserta yang hadir bahkan sejak salam pembukaan di ucapkan

Aku berdiri di pojok ruangan, mengaguminya- mengagumi semangat juang nya yang tak pernah padam, energi nya yang tak pernah habis, semangat nya yang tak pernah redup. 
Aku tersenyum sambil berkaca kaca :
"Aku bahagia menjadi bagian dari perjuangan mu mas... "
Dia melirik ke arahku dan melemparkan senyum manis, seakan kontak batin terhubung diantara kita. 

Acara berjalan lancar dan meriah sampai sore hari,  semua peserta pulang dengan wajah sumringah, panitia pun ikut terharu dan bangga. 

***
"Cinta, mas anter pulang ya"
"Oke mas" Aku mengangguk dan tersenyum
"Gimana mas tadi di panggung?" Tanya nya. 
Aku mengacungkan dua jempol "hebat, hebat banget"
"Makasih ya cinta udah mau capek hari ini bantuin mas"
"Aku malah seneng kok, gak cape sama sekali"
"Mas traktir makan ya, cinta bebas pilih mau makan dimana aja" 
"Makan Nasi goreng mang udin aja" Aku tertawa kecil
"Serius cuma mau makan nasi goreng?" Dia terlihat tak percaya
"Serius, kalau mas ada uang lebih, simpen aja buat keperluan mas bayar kuliah atau nabung" Lanjutku
"Uuh so sweet banget, makasih cinta. Let's go kita makan di Nasi goreng mang udin" 

***
"Cintaa... "
"Hhmmmm..." Aku menjawab singkat karena sedang sibuk main game Cafeland di laptop ku, sementara mas Rido terlihat sedang membuat slide presentasi
"Liburan semester nanti mas ada rencana mudik"
"Oh iyaa, berapa lama? " Aku belum berpaling dari layar laptop
"4 hari biasanya"
"Oke mas" Jawabku singkat
"Mmm.....gini cinta, mas mau ajak cinta ketemu sama orang tua mas, kalau cinta bersedia"
"Oh...." Jawab ku santai "Eh APA MASS?" Aku setengah teriak baru sadar dengan apa yang ku dengar, beberapa orang di perpustakaan melirik ku dengan tatapan sinis. 
"Mas mau ajak cinta ke Brebes, buat dikenalin sama orang tua dan keluarga mas" Katanya pelan
"Aku belum siap mas, aku juga ragu mamah sama bapak bisa ngizinin anak gadisnya pergi jauh sama cowok"
"Kita gak pergi berdua, mas mau ajak Dzikro juga" Jelasnya. 
Dzikro ini salah satu murid mas rido di kursusan. Beda jurusan dengan kita, tapi sering bertemu sama mas rido di pesantren dan sering dilibatkan dalam berbagai kegiatannya. 
"Masalah izin orang tua cinta, biar mas langsung yang minta izin sama mamah dan bapak" Katanya meyakinkan ku
 "Gimana cinta?"
"Orang tua mas galak gak?" Aku membayangkan keluarganya yang tidak setuju anaknya menikah dengan orang sunda, lalu tiba tiba mas rido pulang bawa cewek sunda yang manja dan gak bisa pergi ke sawah ini. 
"Bapak Galak, ibu enggak" Dia tertawa kecil
"Aku takut mas, nanti aku malah gak diterima lalu di usir dari sana"
"Ah cinta mah kebanyakan nonton sinetron, udah percaya aja sama mas. Ini jalan satu satu nya biar cinta bisa diterima dikeluarga mas"
"Ya udah, nanti mas coba izin sama orang tua aku, kalau mereka izinin, aku setuju ikut"
"Nah gitu doooongg kan mas makin semangat, mas sih yakin keluarga mas bisa nerima cinta" 
"Kok bisa yakin?"
"Cinta mah cewek sunda yang di kecualikan" Dia tertawa lagi
"Pasti karena aku cantik ya?"
"Ahaahahaha iya, sekampung mas kayaknya cinta paling cantik" Dia mencubit hidung ku
"Ih gombal" Aku tersenyum malu, perpustakaan ini terasa milik kita berdua. 

Bersambung... 

Senin, 07 Februari 2022

Target besar 2022

Bismillah awal tahun ini, aku menuliskan harapan yang ingin sekali aku wujudkan di tahun 2022.

Terlihat mustahil hari ini, tapi tidak ada yang mustahil bagi Allah di muka bumi ini. 
Lahaula wala quwwata illabillah... 

Tahun ini, target ku adalah :

1. Punya anak laki laki yang tampan, putih bersih kulitnya, mancung hidungnya, tinggi dan montok badannya. Sehat sempurna fisik dan mentalnya, semoga anak ini membawa rezeki besar dikeluarga kami. Aamiin

2. Dilancarkan bisnis skincare, dengan omset puluhan dan ratusan juta, aamiin ya Rabb

3. Membangun Rumah yang lebih besar dan nyaman. Rumah dengan dapur yang luas dan terang, ruang tengah yang nyaman, ada ruangan gudang, mushola, tempat bermain anak, laundry room, perpustakaan mini, rumah dengan 3-4 kamar, kalau bisa di tingkat ke atas dengan tangga tangga yang cantik dan elegan, Rumah dengan halaman yang luas sehingga anak anak bisa lari lari dan bermain

Semoga takdir baik menyertai kami, malaikat mencatat doa doa kami dan Allah mengabulkan dengan segala kemurahan dan ke Agungannya, aamiin aamiin yaa Rabbal alamiin

Sabtu, 05 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana Part 19


"Mas, aku udah ngobrol sama mamah tentang uang yang harus mas bawa kalau mau nikahin aku" Aku menatap kosong ke mangkok mie di depan ku, rasanya selera makan ku tiba tiba hilang
"Berapa cinta?"
"20juta mas" Tenggorokan ku langsung kering rasanya
"Sebanyak itu?" Mas rido meyakinkan
"Mmmm" Gumamku, aku yakin mamah mengeluarkan nominal itu dengan banyak perhitungan, mungkin juga agar nyali mas rido ciut untuk melamar ku
"Mas harus kerja apa ya cinta biar bisa nabung dan punya uang sebanyak itu? Mas gak mungkin minta sama bapak"
Aku menelan ludah berkali kali, aku tau kabar ini akan berat untuk nya. 
"Mas bahkan bukan PNS, cuma kerja serabutan, ngajar di kursusan dan jualan" Dia mulai menampakan ekspresi sedih
"Nggak apa apa mas, kita nabung bareng bareng ya" Aku meraih tangannya, mengisyaratkan bahwa dia tak perlu khawatir karena aku juga akan berjuang bersama nya. 
"Mas, tau gak? Dulu cita cita ku menikah sama orang kaya  yang udah punya rumah, mobil, punya ART, aku membayangkan hidup ku setelah menikah bakalan langsung enak dan bahagia, gak tau kenapa aku dari dulu terobsesi pengen jadi orang kaya hehehe" Aku tersenyum getir
"Tapi kalau aku harus hidup susah dulu sama mas, nggak apa apa. aku mau berjuang sama mas dari nol,  hati kecil aku yakin, suatu hari mas bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik" Tanpa kusadari mataku mulai berkaca kaca
"Makasih ya cinta, mulai hari ini mas mau giat lagi nyari uang, makasih cinta selalu kasih mas kesempatan. Mas yakin bisa sukses kalau sama cinta" Dia tersenyum tipis namun tulus
Aku menghela nafas berat, sungguh tak pernah terfikirkan oleh ku sebelumnya akan jatuh cinta pada laki laki yang akan ku temani perjalanan nya dari titik nol. 
Seketika bayangan ku akan rumah besar, mobil, perhiasan, baju dan tas bagus sirna seketika. Lagi pula dari mana juga aku bisa mendapatkan suami mapan kaya raya? Aku cuma gadis kampung yang bahkan cantik pun masih standar. 
"Mas, kita simpan dulu ya persoalan menikah ini. Kita masih punya banyak waktu, termasuk restu orang tua mas juga, mungkin pelan pelan aku juga bisa masuk ke keluarga mas" Aku kaget pada diriku sendiri, kok bisa aku sebijaksana ini? 
"Tapi mas aku penasaran kenapa sih keluarga mas gak izinin mas nikah sama orang sunda? Bukan karena mitos kan mas?" Jujur aku penasaran akan hal ini
"Setau mas bukan karena mitos, kalau mas tebak sih karena ada beberapa tetangga mas yang nikah sama orang sunda disana. Ceweknya manja manja, cuma bisa dandan, gak mau diajak ke sawah" Jelasnya sambil tertawa kecil
"Hah? Serius? Aku juga gak bisa mas kalau di ajak ke sawah, suer deh! mana aku cewek manja lagi" Aku panik, karena aku memiliki ciri ciri cewek sunda yang tidak di harapkan
"Hahahahaahaha... Tenang cinta, itu kan cuma tebakan mas aja"
"Ih sebel ih" Aku mencubit tangan nya
Suasana melow sudah mulai mencair, perasaan kita berdua sudah jauh lebih baik. 

***
Omong omong soal bisnis makanan, cimol basah yang aku titipkan ke adik ku. Ternyata hanya bertahan 2 bulan saja. Awalnya penjualan ku terus naik bahkan sampai 100 bungkus per hari, setelahnya terjun payung bahkan sering sisa, dan aku pun banyak rugi. 
Mental ku ciut dan akhirnya aku berhenti jualan. 

Aku memikirkan bisnis lain setelah itu, aku ingin membuat produk yang lebih tahan lama, karena aku kapok terjun di bisnis makanan, kali ini aku akan mencoba peruntungan di bisnis produk lain yang barangnya lebih awet, resikonya lebih minim. 
Tapi jujur aku masih buntu mau bikin produk apa, belum ada ide sama sekali. 
Sementara mas rido berfikir untuk membuka cabang kursusan b. Inggris di tempat lain, tepatnya di Ciawi. 
Aku pun di ajaknya untuk ikut survey tempat kursusan, dia mencari tempat yang bisa bayar sewa bulanan biar gak berat. 

"Gimana caranya orang tau khusus nya orang ciawi kalau mas buka kursusan disini? "
Aku bertanya sambil melihat lihat calon ruangan kursusan yang sederhana ini
"Mas punya strategi yang cukup bagus kalau untuk itu" Dia membanggakan diri
"Mas mau bikin seminar bahasa inggris Gratis buat anak anak SMP, SMA/SMK dan umum, bener bener gratis gak ada uang pendaftaran sama sekali, rencana mas mau sewa gor atau gedung kecil buat acara itu" Semangat nya berapi api
"Pokoknya semakin banyak yang datang, semakin baguusss karena di akhir acara nanti mas mau info kalau mau intensif belajar b. Inggris, ya bisa lanjut di kursusan sini, gimana mantap gak? "
"Kok kamu cerdas sihhhh!!!" Aku selalu mengakui, otaknya brilian kalau menyangkut strategi bisnis. 
"Cinta bantuin mas ya? Pokoknya target kita sekarang adalah sebar informasi sebanyak banyak nya tentang seminar gratis ini, biar semakin banyak orang yang ikut, mas target nya sih 200 orang ikut" 
"Aku pasti bantuin mas, gak di bayar pun aku mau" Ledek ku
"Makasih ya cinta heheheh doain mas semoga dengan ini jadi langkah awal mas bisa banyak nabung biar cepet melamar cinta jadi istri mas" Dia menatapku tulus
"Duh aku jadi terharu, aku belum pernah di perjuangkan sama cowok sampe sebegini nya" Mataku kembali berkaca kaca
"Maka itulah cinta harus bangga sama mas, udah ganteng, pekerja keras dan selalu berjuang hehehehe" Dia menepuk dadanya
"Iya iya iya... " Aku tertawa kecil, melihat kembali tempat kursusan baru nya ini yang dia beri nama STEP yang berarti langkah. Semoga kursusan ini jadi langkah awal kesuksesan kamu ya mas... 

*bersambung

Kamis, 03 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (Part 18)



"Cinta, berhenti dulu nangisnya, nanti orang ngira mas ngapa ngapain cinta"
Aku masih sesenggukan
"Mas pesenin bakso ya, apa mie ayam? "
"Mie ayam bakso boleh gak? Laper banget mas" Ternyata memendam rasa cemburu butuh banyak energi juga, untung lah mas Rido berinisiatif membawaku ke tempat Bakso dan mie ayam ini. 
Sambil menunggu pesanan datang, dia kembali bertanya kepadaku kenapa aku menangis dan ada masalah apa. 

"Aku lihat mas sama cewek lain kemarin dan hari ini di stand" Aku mulai jujur
"Cewek yang mana cinta?"
"Yang putih, kurus pake behel, yang duduk sebelahan sama kamu tadi siang, romantis banget pake liatin kamu bikin adonan jamur segala" Sindir ku
"Loh cinta tadi ke kantin? Kenapa gak nyamperin mas ke stand"
"Enggak ah males, gak mau ganggu kalian"
Kataku ketus
"Mas gak ada apa apa sama cewek nya, itu pelanggan susu murni"
"Terus tadi pagi kenapa dia duduk di stand kayak gak ada kerjaan" Aku belum puas dengan jawaban nya
"Dia mau belajar bikin jamur crispy katanya, yaudah mas sekalian liatin, gak ada apa apa itu aja, lagian mas gak bakalan berani godain cewek lain, kan udah ada cinta"
"BOHONG!!! "
"Bener cinta, maafin kalau misal itu bikin cinta gak nyaman, lain kali mas lebih jaga jarak lagi ya" Dia mencoba menenangkan ku. 
"Nama cewek itu siapa?" 
"Nah itu cinta, mas aja lupa namanya hehehe"
Aku tersenyum, kalau namanya aja dia gak hafal berarti memang gak ada yang spesial diantara mereka. 
"Kalau udah senyum berarti udah di maafin ya" Sindirnya
"Aku fikir lagi nanti kalau udah beres makan, laper banget" Aku segera meraih semangkuk mie ayam bakso di depan ku, tanpa basa basi memakannya dengan lahap. Mas rido terlihat hanya menggelengkan kepala, 
"Cinta cemburu ya? Berarti udah sayang banget itu sama mas" Sindirnya
Aku keselek dan segera minum segelas air teh, 
"Aku? Cemburu? Enggak lahh maaasss" Jawabku penuh kepalsuan

***
"Cinta, kita kan udah hampir 5 bulan pacaran"
"Terus? " Aku mengubah posisi tidur ku, menarik selimut bersiap siap tidur ketika mas Rido menelpon
"Cinta udah ngantuk belum? "
"Belum, sok aja kalau mau ngomong mas aku dengerin kok"
"Mas maunya kita gak lama lama pacaran, mas mau serius sama cinta" 
"Serius mau nikah cepet maksudnya mas? " Mataku yang tadinya mengantuk jadi kembali segar
"Iya, tapi mas juga belum punya tabungan, pekerjaan mas juga belum bagus, mas ragu bisa diterima di keluarga cinta" Suaranya terdengar sedih
"Mas udah nanya ke Andri, katanya kalau biaya nikah di sini gak akan cukup kalau cuma 10juta, kecuali cuma di nikah di KUA"
Aku menelan ludah, aku tau adat kebiasaan keluarga besar ku saat menerima laki laki untuk jadi calon mantu. Biasanya ada nominal uang tertentu yang harus dibawa. 
"Nanti aku tanya mamah ya mas, mungkin mamah punya gambaran kira kira mas harus punya uang berapa biar bisa nikahin aku" sebenarnya aku pun tak yakin untuk menanyakan masalah ini sama mamah tapi tak ada salahnya juga kalau mencoba
"Satu lagi cinta, Mas udah bilang sama orang tua mas di Brebes kalau sekarang mas udah punya calon istri"
"Wah beneran mas? Terus gimana? "Aku senang sekaligus terkejut mendengarnya
" Mmm... Sebenernya keluarga mas gak ngizinin mas punya calon istri orang sunda, terutama bapak sama kakek" Nadanya semakin terdengar sedih, 
"Oh yaa? Kenapa? " Aku berusaha kuat, meski hati ku sudah mulai teriris iris rasanya
"Mas gak tau persis alasannya, tapi di keluarga besar mas gak ada satupun yang nikah sama orang sunda"
Harapanku tipis, benteng ini rasanya terlalu tinggi untuk ku lewati. 
"Beberapa waktu yang lalu pas terakhir mas mudik, ada temen bapak punya anak perempuan, berniat menjodohkan mas sama anaknya" Lanjutnya
Hatiku sudah penuh sesak, apa aku harus mundur dari sekarang? Aku tak mau hatiku semakin lama semakin terluka,
"Mas, aku harus gimana? Sepertinya harapanku tipis untuk bisa di terima di keluarga mas" Mataku mulai berkaca kaca
"Mas nanti cari cara lain cinta, mas yakin keluarga mas bisa nerima cinta kalau udah ketemu langsung sama cinta" Lagi lagi dia mencoba menenangkan ku
Tapi hati dan fikiran ku sudah terlanjur gelisah, kupastikan malam ini tak akan bisa tidur dengan nyenyak. 

*bersambung 

Rabu, 02 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (part 17)


"Cinta, mas udah mulai buka stand di kampus hari ini, tapi belum punya yang kerja jadi sementara mas dulu yang jaga, kebetulan hari ini mas masuk siang" Dia menelpon pagi pagi saat aku sedang di perjalanan menuju kampus
"Oke mas, nanti aku mampir ya kebetulan aku berangkat lebih pagi, tadi bikin cimol nya dari sebelum subuh jadi beres lebih cepet" Kata ku membanggakan diri
"Ya udah hati hati di jalan ya cinta"
"Oke mas" Aku menutup telfon lalu kembali sibuk dengan fikiran ku yang terbang kesana kemari melintasi ruang dan waktu. 

Aku tiba 15 menit lebih awal dari jadwal kuliah pagi ini, segera aku belok ke arah mesjid untuk sekedar melihat Mas Rido mempersiapkan stand jualannya. 

Tapi kaki ku berhenti di belokan, melihat mas Rido sedang asyik mengobrol dengan perempuan. Perempuan itu memegang satu cup susu di tangannya, mungkin pelanggan susu murni, fikirku. 
Tapi melihat mereka terlihat akrab dan saling bercanda satu sama lain, membuat aku canggung untuk mendekat. Sebagai cowok, mas Rido memang humble dan sering bercanda bahkan sama teman perempuannya, jujur itu kadang membuat aku kurang nyaman. 

Aku urungkan niat untuk mengunjungi nya di Stand, karena ternyata obrolan mereka cukup panjang. Aku segera lari ke gedung baru, mencari kelas untuk mata kuliah pagi ini, dengan hati yang rasanya sesak dan sakit. 

Selama perkuliahan, fokus ku hilang. Siapa perempuan itu? Kulitnya putih, badannya lebih kurus dari ku, giginya memakai behel, bajunya fashionable, aku melihat baju yang ku kenakan hari ini : Batik couple. Ah sungguh tak sepadan dengan outfit yang dia kenakan, sudah pasti dia lebih Good looking dari aku. 

"Kamu juga cantik, lagian mas rido gak akan segampang itu suka sama seseorang lagi" Aku mencoba menghibur diri walau hati ku terus bergemuruh

Entah aku yang masih kekanak kanakan atau memang sedang cemburu, tapi aku memutuskan untuk pulang cepat setelah beres semua perkuliahan hari ini tanpa menemui mas Rido. 
"Loh cinta udah pulang?" Katanya di telpon
"Iya mas, maaf ya aku gak enak badan hari ini" Aku mencari alasan, belum sanggup aku bertanya siapa wanita cantik yang tadi pagi ngobrol dengan nya, rasa rasanya terlalu berlebihan kalau aku langsung bertanya, toh aku juga baru melihat wanita itu sekali di stand. 
"Oh ya udah gak apa apa, istirahat ya cinta, mas ini masih beres beres stand bekas jualan hari ini"
"Iya mas, maaf ya aku gak bantuin" Terselip rasa bersalah pada diriku
"Gak apa apa, yang penting cinta sehat dulu"
"Ya udah mas, nanti aku kabari lagi ya" Aku segera menutup telfon, dan kemudian me non aktifkan HP ku. 

***
Hari ini aku hanya punya jadwal satu mata kuliah saja itupun agak siang, jadi aku lebih santai mempersiapkan barang dagangan ku, yang penting beres saat adik ku mau berangkat Sekolah. 

"Des, dosennya belum dateng, kita ngumpul di kantin dulu ini lagi pada makan" Ema mengirim pesan
Fikiran ku langsung berkecamuk, alasannya karena kantin mamah tia, bersebelahan dengan stand susu dan jamur crispy milik mas Rido. Meski gak terlalu berdekatan juga. 
Dia sudah mengabariku sebelumnya kalau hari ini dia bisa full jualan karena tidak ada jadwal kuliah. 

Suasana hatiku belum bagus untuk ketemu mas Rido hari ini, tapi teman teman ku di kantin semua. Aku menghela nafas, "ya udalah lagian belum tentu juga cewek itu ada disana lagi" Kataku, dengan langkah mantap aku berjalan ke arah kantin. 

Sial, aku benar benar sedang sial hari ini. Karena ketika mendekat ke area Kantin, aku melihat lagi wanita itu sedang duduk di bagian dalam stand, dengan mas rido persis di sebelahnya sedang membuat adonan jamur. 
Mas Rido mungkin tidak melihat ku karena terhalang wanita itu. 

Se akrab itu? Sampai wanita itu bisa masuk ke dalam stand lalu duduk di atas box Coca cola, melihat mas rido membuat adonan yang jaraknya tak lebih dari 50cm dari tempatnya duduk. 

Aku langsung duduk lemas di bangku kantin, menyapa teman teman ku yang juga sedang sibuk dengan semangkuk mie di depannya, aku menahan air mata ku jatuh sekuat tenaga tapi sia sia, aku berlari ke toilet mesjid, lalu menumpahkan air mata ku disana. 

***
"Kenapa sih? Matanya sembab gitu ih, berantem sama mas rido? " Tanya Ema,
"Ma, curhat boleh gak... " Akhirnya aku tak lagi bisa membendung rasa sakit yang aku rasakan
"Boleh dong ayo cerita, di kosan aku aja yuk biar lebih enak kamu curhatnya"
Ide yang bagus, aku dan Ema lalu jalan kaki ke area pesantren, tempat ngekos Ema ada disana. 

Aku menceritakan semuanya, dari mulai kemarin aku melihat dia ngobrol panjang dengan wanita yang tak ku kenal, dan hari ini aku juga memergokinya begitu dekat dengan wanita itu sampai sampai dia memperbolehkan wanita itu duduk di sebelahnya. 
"Cewek yang tadi pagi di stand? Yang pake behel badan nya kurus?" Ema balik tanya
"Iya, kamu tadi liat juga? " 
"Itu mah aku kenal, anak IAI, kosannya deket sini, dia suka main ke kosan aku tau! aku lumayan kenal sama dia karena sering main kesini, temennya ngekos disini" Lanjutnya
Aku semakin sakit mendengarnya. 
"Menurut kamu aku harus gimana ma? "
"Ya ngobrol lah sama Mas Rido, kamu kan belum ngobrol sama dia dan tiba tiba udah narik kesimpulan aja" Ema memberi nasihat
"Aku gak mau ma, mas rido gimanapun juga salah, dia memperbolehkan wanita lain deket sama dia, bahkan dia gak liat aku tadi pagi"
Aku masih mempertahankan ego ku
"Ya terus kamu maunya gimana? Mas rido mungkin gak sadar kesalahannya apa kalau kamu gak ngomong sama dia"
Aku terdiam, 
Ada benarnya juga, mas rido dari kemarin terlihat tenang dan tidak menunjukan rasa bersalah sedikit pun. 

Aku memutuskan untuk pulang dari kosan Ema setelah perasaanku sedikit membaik. 
Aku duduk di depan Gapura pesantren, menunggu angkot lewat dengan fikiran menerawang entah kemana. 
"Cinta, kok disini mas cari cari cinta, kok HP nya gak di nyalain" Mas Rido dengan motor putihnya tiba tiba berada di depan ku, aku bahkan tidak sadar dengan suara motornya yang tepat berhenti di depan ku
"Mas.... " Mataku tak bisa bohong, langsung memerah dan kembali menangis padahal tadi sudah surut. 
"Cinta... Ayo ikut mas" Dia memberikan isyarat untuk naik ke motor,  aku dengan sesenggukan lantas naik ke atas motornya tanpa paksaan
Hatiku terluka, tapi aku ternyata tak bisa sedikitpun membencinya. 

*bersambung


Selasa, 01 Februari 2022

Kisah Cinta Sederhana (part 16)


Aku sedang sibuk bolak balik menghafal materi presentasi di Bis, terlihat layar HP ku menyala dan bergetar
"Cinta dimana?"
Ada telpon masuk dari Mas Rido ternyata,
"Mas, aku di Jalan. Duh kayaknya aku telat deh tadi ngurusin dulu bikin cimol soalnya" Aku mulai menyesali kecerobohan ku mengatur waktu sampai super kesiangan ke kampus
"Ya udah, kalau udah nyampe kampus kabarin mas ya, mas ada surprise" Katanya dengan nada jail
"Oke mas, ya udah ini aku udah mau turun bis bentar lagi" Ku tutup telpon, lalu berjalan pelan ke depan mendekati pintu bis, membayar ongkos pada kondektur, lalu keluar saat Bis berhenti.
Sesekali aku mengecek jam tangan, aku sudah pasrah kalaupun harus kesiangan, ini memang ulah ku sendiri.
Aku mengeluarkan HP dan mencoba mengirim pesan pada salah satu sahabat ku.
-Udah masuk belum di ruangan mana?-
Aku menyetop angkot lalu duduk dan membuka HP ku lagi
-Udah masuk dari tadi, tapi hari ini gak jadi presentasi- Ema membalas pesan ku
"Aahhh syukurlah" Ucapku dalam hati, 
Sesampainya di kampus aku segera menuju gedung baru, sepintas aku melihat mas Rido di ruangan kelas paling depan.

Aku menuju ruangan kelas pojok, dengan takut mengetuk pintu, meminta maaf karena terlambat dan bertanya apa aku di izinkan masuk, mengingat aku telat sampai kurang lebih satu jam lamanya.

Beruntungnya, dosen ku hari ini sedang berbaik hati mengizinkan aku masuk. Dengan perasaan lega aku masuk lalu mengambil tempat duduk, tak lupa berjanji pada diri sendiri untuk lebih bijak dalam mengatur waktu kuliah dan jualan.
***
"Cinta, mas tunggu depan mesjid ya" Aku membaca pesan di layar HP ku sekilas.
Hari ini hanya ada dua mata kuliah, aku bisa pulang lebih cepat. Aku pun tak sabar ingin tau apakah cimol ku laku atau tidak.

Setelah bubar mata kuliah terakhir, aku bergegas ke mesjid menemui mas Rido yang sudah melambai lambai dari kejauhan.
Aku melihat motor putih terparkir di depan mesjid.
"Cinta, ini motor baru mas!! " Katanya penuh semangat.
"Oh iyaa bagus mass" Aku bingung antara mau bahagia atau sedih. Karena ternyata  mas Rido membeli motor CB tua, kenapa awalnya aku berfikir dia mau membeli motor matic ya?
"Mulai hari ini mas bisa anter cinta pulang! Cinta seneng gak? "
"Oh iya seneng mas hehehee"  Aku mencoba menghibur diri, motor CB tua ini lebih baik daripada gak punya motor sama sekali.
"Tenang cinta, ini mesin nya masih bagus kok gak akan sering mogok" Jelas nya
"Berarti masih berpotensi Mogok ya mas? " Aku cuma gak bisa bayangin aja kalau harus turun dan jalan kaki karena dia mogok ditengah jalan.
"Enggak, percaya sama mas. Hayu sekarang naik, mas anterin pulang" Katanya penuh semangat
Aku pasrah dan naik motor CB ini dengan perasaan campur aduk. Melewati tugu dan gerbang kampus, melewati kumpulan mahasiswa lain di depan sana.

Selain batik dan misting couple, aku bisa mengklaim kalau kita satu satunya pasangan dikampus ini yang pacaran pake motor CB tua.

Wah, seharusnya kita sudah dapat penghargaan pasangan terunik sepanjang masa.
***
Sesampainya dirumah aku segera mencari adik ku, Tuti.
"Tut gimana? " Tanya ku dengan harap harap cemas
"Habis teh semuanya, kurang malah besok pada pesen lagi"
"Waaahhh!!! " Aku melonjak bahagia, segera mengabari mas Rido yang duduk di ruang tengah rumah
"Mas, cimol aku habisss! Itu yang aku ceritain semalem aku mau jualan cimol"
"Alhamdulillah, hebat cinta. Mas bangga dengernya"
"Ih aku juga gak nyangka mas, seneng bangett" Aku melompat lompat, lalu menghitung uang yang disetorkan Tuti.
"Uang ini mau aku modalin semuanya buat besok ya mas, aku mau nambah jadi 40 bungkus buat besok"
"Boleh, penambahannya bertahap aja cinta, nambah 10 masih oke. Jangan langsung banyak karena jualan makanan apalagi yang model nya kayak cimol basah itu resikonya tinggi" Jelasnya
"Iya juga ya mas"
"Jualan makanan itu untung nya sedikit, jadi harus pinter pinter memprediksi jumlah nya biar gak banyak sisa, kalau banyak sisa lalu basi itu nanti kamu rugi, cuma dapet cape nya aja" Lanjutnya.
"Oh oke noted, aku bakalan fikirkan itu baik baik. Makasih ya mas"
Aku tersenyum penuh kemenangan hari ini. Level baru sudah ku jebol lagi.

*bersambung