Tak terasa 5 hari sudah perjalanan mudik ku disini, total 4 hari di Brebes dan 1 hari di purwokerto, tempat dimana Mbak nya Mas Rido tinggal.
Semua keluarga Mas Rido baik, ramah dan menerima aku apa adanya. Mereka tau kalau aku sama seperti cewek sunda kebanyakan : Manja dan nggak begitu rajin mengerjakan pekerjaan rumah.
Semoga cewek sunda ini lolos menjadi salah satu kandidat calon istri mas Rido.
Hari ini kami pamit pulang kembali ke Tasik, dengan dibekali banyak oleh oleh dari bapak dan ibu, kami berangkat menggunakan bis jurusan Purwokerto-Tasikmalaya.
"Gak berasa ya mas liburannya, kayak bentar banget hehehe" Aku melihat ke jendela bis yang sudah bergerak maju memulai perjalanan.
"Gak akan berasa lah, kita kan main terus disana" Jawabnya
Betul, setiap hari kita pasti main ke tempat tempat wisata disana, diantaranya Waduk penjalin, kebun teh Kaligua, lalu ke alun alun purwokerto di hari terakhir.
"Kira kira bapak sama ibu ngasih restu gak ya buat kita mas?" Tanya ku harap harap cemas
"Cinta inget gak yang pas kita dateng ke rumah mbah? "
"Yang di belakang rumah? "
"Iya, itu mas di suruh bapak buat bawa cinta ke Mbah" Jelasnya
"Oh terus buat apa? "
"Ya buat silaturahmi lah, dan Mbah juga bilang kalau Mas suatu hari nikah sama Cinta insyaallah gak akan kenapa napa"
"Jadi? "
"Jadi ya kita di restuin, tinggal gimana caranya cari uang 20juta sesuai syarat dari mamah biar kita bisa segera nikah"
"Hah? Beneran? Aku seneng bangettt mass!! Aku juga mau giat kerja buat bantuin mas ngumpulin uang"
"Makasih yaa cinta, mas juga bakalan lebih semangat lagi kerjanya" Dia tersenyum tulus penuh rasa sayang
***
"Mas, aku dapat tawaran ngajar" Aku menyuapkan bekal makan yang ku masak sendiri hari ini
"Ngajar dimana cinta?"
"Di SMK , mas tau Luqy gak? Temen sekelas aku yang sekarang udah nikah, yang suka bawa mobil sedan item? "
"Ohhh cowok yang pernah deket sama cinta?" Sindirnya
"Hehehe ya begitulah" Aku tersipu malu, sebelum dekat sama mas rido, aku sudah melanglang buana dekat dengan beberapa cowok di kampus yang sesuai kriteria ku walau ujung ujung nya kepentok pesona nya Mas Rido
"Dia punya pesantren mas, nah tahun ini dia bikin sekolah SMK, butuh beberapa tenaga pengajar, aku di tawarin ngajar disana" Jelasku rinci
"Cinta kan kuliah, gak bentrok tah? "
"Enggak, jadwal ngajar akan di sesuaikan dengan jadwal kuliah aku, gak tiap hari juga sih aku ngajar nya, cuma ngisi posisi guru yang masih kosong aja, gimana? "
"Oke, maju aja cinta. Kesempatan bagus buat nambah pengalaman cinta, mas dukung 100%" Dia mengacungkan 2 jempol nya
"Yeaayyy!! Makasih mass!!" Aku bersorak kegirangan
***
Ini hari pertama ku mengajar di SMK. Aku memilih menggunakan Jeans dan kemeja tunik karena setelah mengajar aku langsung tancap ke kampus untuk kuliah.
Murid ku dikelas X ini baru 5 orang, laki laki semua. Mereka semua adalah santri di pesantren itu yang sekarang merangkap jadi murid baru di sekolah yang didirikan pesantren juga.
Aku yang hanya punya pengalaman mengajar anak SD di kursusan, cukup grogi untuk memulai mengajar anak yang lebih besar, apalagi muridku ini laki laki semua dan yaah sebagian ada yang cuek, hanya satu orang saja yang terlihat serius dan sopan.
Aku sudah menyusun materi bahasa Inggris lengkap dengan game dan hadiahnya. Tak ada bedanya anak SD dengan SMK ku fikir akan sama sama seru kalau materi belajar di padukan dengan game.
Benar saja, cara ini cukup efektif. Yang cuek dan masa bodoh dikelas, sudah mulai tertarik. Anak anak yang banyak melakukan kesalahan penuh dengan coretan bedak di wajahnya, dan yang paling banyak menjawab benar mendapatkan hadiah 1 batang coklat Silverqueen.
Ada kebanggaan tersendiri melihat anak anak begitu excited belajar, memberikan energi positif buat ku juga agar lebih kreatif lagi kedepannya.
***
"Cinta, main ke kursusan mas yuk kan udah lama cinta gak nengok kursusan"
Ya, sejak lulus level 2 di kursusan bahasa inggrisnya mas rido, otomatis aku jadi alumni dan jarang main kesana.
Mas Rido tinggal di rumah salah satu dosen tempat kami kuliah. Beliau sudah sangat berumur mungkin usianya sudah hampir 70 tahun tapi masih aktif mengajar mata kuliah Tasawuf di kampus, pak H. Ahdi namanya.
Beliau ini dulu nya pernah belajar di kampung inggris Pare kediri, tempat dimana mas rido mengajar bahasa inggris.
Pak H. Ahdi yang sudah berumur namun masih semangat mencari ilmu ini otomatis menjadi murid nya mas rido di kampung inggris sana.
Setelah beres belajar Bahasa Inggris selama berbulan bulan di kediri, pak H Ahdi lalu pulang kembali ke tasikmalaya. Dan Mas rido yang galau karena putus dengan pacarnya yang sempat dia perjuangkan dulu, tapi terbentur restu orang tua sang pacar sampai hubungan mereka harus kandas ditengah jalan, akhirnya memutuskan untuk pergi ke jogja dengan harapan disana bisa sukses buka kursusan bahasa inggris dengan menumpang hidup di kosan salah satu temannya.
Malang, bukan kesuksesan yang dia raih disana, uang nya malah habis tak bersisa sampai makan pun ikut numpang ke temennya.
Di saat itu lah Pak H. Ahdi sang murid tertua nya mas Rido di kampung inggris pare ini menelpon untuk menanyakan kabar.
Beliau mengajak mas Rido untuk tinggal ditasik dan menjalankan kursusan bahasa inggris disana.
Singkat cerita, berbekal uang 150ribu hasil pinjaman ke teman nya di jogja, berangkatlah mas rido ke tasikmalaya, menemui pak H. Ahdi yang sekarang sudah seperti bapak kedua baginya.
Mas Rido diberi tempat untuk tinggal. Satu ruangan di belakang untuk dia tidur, satu ruangan di depan untuk kursusan. Tak hanya itu, pak H. Ahdi pula yang mendaftarkan mas Rido untuk kuliah di Jurusan Ekonomi, menanggung makan nya pula sehari hari.
Mas Rido merasa jasa pak H. Ahdi terlalu besar, dia tak mau lagi banyak merepotkan makanya dia kerja keras juga agar bisa membiayai kuliah nya sendiri dan bisa beli makan sendiri.
"Hay" Dia mengagetkan ku "kok ngelamun? "
"Enggak, gak kenapa napa" Aku berkeliling melihat ruangan kursusan, melihat tempat mas rido tidur, hanya ranjang kayu tanpa kasur. Membayangkan betapa pinggang ku akan sakit kalau tidur diatas papan keras itu.
"Kalau suatu hari kita nikah, kita masih tinggal disini mas? " Tanyaku iseng
"Ya enggaklah, masa tinggal disini bawa istri cantik. Mas akan siapkan tempat tinggal terbaik buat cinta biar nyaman"
"Emang kita kalau nikah gak akan tinggal dirumah orang tua aku mas? "
"Enggak, kita ngontrak aja yaa walau sepetak asal nyaman buat kita berdua" Balasnya
Aku menghela nafas, tak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan memulai hidup berumah tangga di kontrakan sepetak, bayangan ku dulu setelah menikah aku tinggal dirumah besar berlantai dua, ada garasi dan taman kecilnya.
Ah sudahlah, lagian hidup memang tidak selalu berjalan seperti apa yang kita bayangkan.
"Cinta, mungkin sekarang mas nggak punya apa apa, tapi mas janji akan sekuat tenaga berjuang buat cinta, biar cinta bisa dapat kehidupan yang layak setelah menikah sama mas" Tatapan nya sendu, tapi aku yakin tak ada keraguan di dalam nya.
"Aku tau, aku pilih kamu karena aku tau kamu pekerja keras" Aku membalasnya dengan senyuman, meski hati ku tak karuan.
Andai dulu ku terima pinangan sang bos kredit, mungkin hidup ku sudah lebih baik sekarang. Tak perlu capek ngajar di sekolah dan kursusan, gak perlu hidup ngirit, mungkin saja aku sudah punya mobil bagus hari ini.
Ah, lupakan.
Ini jalan yang sudah aku pilih sendiri, dan harus aku jalani sebaik baiknya, jangan lagi ada kata penyesalan.
Aku akan bahagia bersamanya, meskipun tak punya harta, tapi dia punya sesuatu yang jarang laki laki lain punya : Ketulusan, semangat, kerja keras.
Ya, aku yakin semua mimpi ku akan terwujud bersama nya walau mungkin prosesnya panjang, aku akan dengan sabar menempuh perjalanan panjang ini bersama nya.
*bersambung